Rabu, 23 November 2016

BAGAIMANA MENGATASI ANCAMAN KEGUGURAN?

Keguguran merupakan pengalaman yang sangat tidak mengenakkan bagi kaum wanita yng mendambakan buah hati. Keguguran bisa menjadi trauma mendalam dalam kehidupannya.
Ancaman keguguran terjadi jika selama 20 minggu pertama kehamilan terjadi perdarahan dan mulut rahim (cervix) dalam kondisi tertutup. Wanita usia di atas 35 tahun, wanita dengan riwayat keguguran spontan 3 kali atau lebih dan wanita dengan penyakit sistemik (contoh diabetes mellitus atau disfungsi tiroid) merupakan populasi risiko tinggi ancaman keguguran. Gejala klinis biasanya berupa kram perut dengan atau tanpa perdarahan pervaginam, atau perdarahan pervaginam selama 20 minggu pertama kehamilan. Keadaan tersebut harus dibedakan dengan kehamilan ektopik, kehamilan mola (hamil anggur) atau kehamilan dengan lesi lokal, polip, karsinoma atau ruptur varises vagina.

Keguguran memiliki faktor etiologi multipel, yaitu kromosom, hormon, biokimia, endometrium, faktor imunologis, faktor anatomis dan faktor trombosis.

Ngomong-ngomong masalah hormon nih...hormon progesteron memiliki peran penting dalam melindungi embrio alogenik dari rejeksi imunologis. Progesteron tidak hanya penting untuk konsepsi dan implantasi, tetapi juga sepanjang kehamilan sampai bayi cukup bulan.

Progesteron juga menstimulasi produksi faktor penyekat yang diinduksi oleh progesteron (progesterone-induced blocking factor/PIBF). Penurunan kadar IBF merupakan faktor risiko terjadinya keguguran.

Kadar progesteron dalam plasma dapat digunakan untuk meramalkan luaran kehamilan, di mana kadar progesteron yang rendah menunjukkan lebih tingginya peluang terjadi keguguran spontan. Kadar kritis terendah progesteron serum untuk kelangsungan kehamilan adalah 10 ng/ml. Delapan puluh persen pasien yang mengalami abortus atau keguguran didapatkan kadar progesteron kurang dari 10 ng/ml.

Pada penelitian El Zibdeh dan kawan-kawan pada tahun 2009, sejumlah 146 wanita hamiltrimester pertama dengan keluhan perdarahan per vaginam ringan atau sedang, secara acak mendapatkan didrogesteron oral 10 mg 2 kali sehari atau tidak mendapatkan pengobatan. Pemberian didrogesteron dilanjutkan sampai 1 minggu setelah perdarahan berhenti. Kejadian keguguran lebih rendah secara bermakna pada kelompok didrogesteron dibandingkan kelompok kontrol. Namun tidak ada perbedaan bermakna dalam hal komplikasi maupun kelainan kongenital. (Didrogesteron merupakan sintetis progesteron)

Selasa, 26 April 2016

SUBFERTILITAS & INFERTILITAS

Definisi:
Infertilitas adalah pasangan suami istri (pasutri) yang tidak dapat mencapai kehamilan setelah 12 bulan dengan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi.
Subfertilitas adalah pasangan suami istri (pasutri) yang tidak dapat mencapai kehamilan setelah 6 bulan dengan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi.

Infertilitas merupakan salah satu masalah reproduksi yang cukup kompleks di samping masalah keluarga berencana dan masalah kependudukan yang lain. anak mempunyai nilai sosial yang tinggi di masyarakat timur. Anak merupakan generasi penerus suatu keluarga atau marga, bisa dikatakan anak adalah penerus sejarah orang tuanya. Peran anak tersebut menempatkan masalah infertilitas pada masalah yang cukup penting pada lingkup kesehatan reproduksi.

Infertilitas merupakan kondisi yang umum ditemukan dan dapat disebabkan oleh faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas dapat juga tidak diketahui penyebabnya sehingga dikenal dengan infertilitas idiopatik. Masalah infertilitas dapat memberi dampak besar bagi pasangan suami istri yang mengalaminya, selain menyebabkan masalah medis infertilitas juga dapat menyebabkan masalah ekonomi maupun psikologis. Secara garis besar, pasangan yang mengalami infertilitas akan menjalani proses panjang dari evaluasi dan pengobatan, di mana proses ini dapat menjadi beban fisik dan mental bagi pasangan infertilitas.

Pada tahun 2010, hampir 50 juta pasangan di seluruh dunia tidak mampu memiliki keturunan setelah 5 tahun. Dari analisis berdasarkan 277 survei nasional yang dilakukan di seluruh dunia oleh WHO, mengemukakan prevalensi infertilitas di 190 negara tahun 2010 didapatkan 1,9% wanita pada usia reproduksi tidak mampu memliki keturunan (infertil primer), dan 10,5% wanita yang sebelumnya telah memiliki anak selanjutnya tidak mampu untuk memiliki anak (infertil sekunder) sehingga total secara keseluruhan adalah 48,5 juta pasangan.

Survei yang dilakukan oleh WHO sejak tahun 1990 hingga tahun 2010 menunjukkan bahwa angka infertilitas ini meningkat 0,4% setiap tahunnya. Survei lain yang dilakukan oleh NICE (UK National Institute for Clinical Excellence) mengemukakan bahwa rata-rata nasional untuk prevalensi infertilitas bervariasi antara 12,5 - 16%. Di Indonesia menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) di Indonesia diperkirakan terdapat 12% pasutri yang tidak mampu memberikan keturunan.

Oleh karena itu, tidak semua pasangan yang mencoba untuk hamil atau mendapatkan anak akan mendapatkannya secara mudah atau dengan kata lain tanpa intervensi medis.

Sabtu, 23 April 2016

KONTRASEPSI PADA PEREMPUAN DENGAN KEGEMUKAN (OBESITAS)

Obesitas adalah sebuah faktor risiko independen untuk terjadinya tromboemboli vena dan risiko ini meningkat pada penggunaan hormon estrogen. Progestin baru, seperti gestodene, desogestrel dan drospirenone, diketahui lebih sering meningkatkan risiko terjadinya VTE dibandingkan progestin lama. Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang mempengaruhi lebih dari 1 miliar populasi dunia.
Obesitas diukur dengan menggunakan IMT (Index massa tubuh) merupakan sebuah cara yang mudah untuk mendapatkan data yang reliabel dan murah dalam mengukur lemak dalam tubuh.

Kehamilan yang tidak diharapkan juga merupakan masalah kesehatan masyarakat. Secara global, hampir 40% kehamilan sebenarnya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Pencegahan dari kehamilan yang tidak diinginkan merupakan polemik bagi perempuan dengan obesitas, di mana komplikasi kehamilan lebih sering terjadi pada perempuan obesitas.

Sayangnya perempuan yang mengalami kegemukan kurang suka menggunakan kontrasepsi. Angka kehamilan menjadi lebih tinggi pada wanita tersebut. Ketika hamil, maka risiko-risiko yang dihadapi ibu dan janin meningkat akibat beberapa komplikasi kehamilan. 
Kehamilan pada perempuan obesitas memiliki potensi yang tinggi untuk terjadinya diabetes mellitus gestasional (DMG), hipertensi dalam kehamilan (HDK), preeklampsia dan persalinan melalui seksio sesaria (SC). Obesitas kelas 3 memberikan angka paling tinggi pada kematian bayi dan janin.

Disarankan perempuan dengan obesitas menunda kehamilan untuk menurunkan berat badan terlebih dahulu sehingga mempunyai hasil yang lebih baik bagi kehamilan dan janin mereka.